Minggu, 19 November 2017

Laporan lengkap EMULSI

PHARMACEUTICAL
20 NOVEMBER 2017


                                                                              EMULSI
                                                                                BAB 1
                                                                      PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Dalam suatu obat terdapat dua zat yang saling bercampur atau ada juga dua zat yang tidak saling tercampur. Dua zat yang saling bercampur antara zat padat dan zat cair, dinamakan larutan sedangkan, dua zat yang tidak saling bercampur antara zat padat dan zat cair dinamakan suspensi, antara zat cair dan zat cair yang tidak saling bercampur dinamakan emulsi.
Oleum ricini  adalah minyak lemak yang di peroleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah di kupas. Oleum ricini mempunyai khasiat sebagai laksativum. Oleum ricini dan air tidak bercampur sehingga, bila dicampur akan terbentuk butiran–butiran kecil diantara dua zat tersebut. Untuk membuat membuat kedua zat tersebut homogen maka diperlukan suatu zat penstabil yaitu emulgator.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Emulgator bekerja dengan membentuk film
(lapisan ) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi untuk
mencegah terjadinya koalesensi dan terpisahnya cairan dispersi sebagai fase terpisah.
Hal yang paling utama bagi emulgator adalah kemampuannya untuk menghasilkan dan menjaga stabilitas emulsi dalam penyimpanan dan pemakaian. Struktur dari  emulgator digambarkan seperti kepala dan ekor, dimana kepala mengikat yang hidrofil dan ekor mengikat yang hidrofob. Emulgator yang dipakai adalah PGA (Pulvis Gummi Arabicum). Emulgator ini mudah didapat, warna yang putih dari PGA membuat warna putih susu pada emulsi sesui dengan syarat emulsi yang baik. Kadar PGA yang berfungsi sebagai emulgator adalah pada konsentrasi 5-10%. Perbedaan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan emulsi oleum ricini, kemungkinan akan memberikan perbedaan sifat fisika dari emulsi tersebut. Sifat fisika yang berbeda adalah viskositas,bobot jenis.

2.     Rumusan Masalah
    Bagaimana perbedaan sifat fisika dari sediaan emulsi oleum ricini dengan menggunakan PGA dengan konsentrasi 7.5% dan 10%?

3.    Tujuan
    Untuk mengetahui perbedaan sifat fisika dari sediaan emulsi oleum ricini yang menggunakan PGA dengan konsentrasi 7.5% dan 10%.

                                                                                   BAB II
                                                                       TINJAUAN PUSTAKA
1.    Definisi
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan emulgator atau surfaktan yang cocok. (Anonima, 1979:9)
Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak
stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak saling campur satu
sama lain dan untuk memantapkan diperlukan penambahan emulgator. (Voigt,
1995:398)
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. (Anonimb, 1995, 6)
Berdasarkan pengertin diatas, dapat disimpulkan bahwa emulsi merupakan
sistem dua fase dalam (terdispersi) yang berupa batas-batas kecil terdistribusi
keseluruh fase luar (pembawa) dengan bantuan emulgator yang cocok sebagai
    komponen penunjang emulsi .

2.    Tujuan
    Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola – bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi yang diberikan secara oral , tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak dengan penambahan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya , sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung .
    Emulsi yang digunakan pada kulit sebagai obat luar biasa dibuat sebagai emulsi m / a atau emulsi a / m ,tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi , keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut , dan keadaan permukaan kulit .

3.    Teori Pembentukan Emulsi
Dalam pembuatan suatu emulsi terdapat teori yang menyangkut proses
terbentuknya emulsi yang stabil. Adapun tiga teori pembentukan emulsi yaitu :

           a)    Teori Tegangan Permukaan atau Surface Tension Theory
Dalam teori ini dijelaskan bahwa untuk menurunkan tegangan
permukaan antar dua cairan yang tidak tercampur diperlukan suatu zat aktif .
Permukaan (surfaktan) atau zat pembasah (emulgator) yang mampu menahan
bersatunya tetesan kecil menjadi tetesan besar dengan jalan mengurangi gaya
tarik menarik antar molekul masing-masing cairan , sehingga stabilitas emulsi
    tetap baik secara fisik maupun kimia

          b)    Oriented Wedge Theory
Menurut teori ini emulsi dapat terbentuk akibat adanya emulgator
yang melarut dalam suatu fase dan terikat dalam fase tersebut . Untuk zat
pengemulsi yang memiliki karakteristik hidrofilik yang besar dari pada sifat
hidrofobiknya akan membentuk suatu emulsi minyak dalam air (M/A) dan
suatu emulsi air dalam minyak sebagai hasil penggunaan zat pengemulsi yang
    lebih hidrofobik dari pada hidrofilik .

         c)    Teori lapisan antarmuka atau Plastic Film Theory
Teori ini menjelaskan proses pembentukan emulsi dengan
memaparkan zat pengemulsi pada antarmuka masing-masing tetesan dari fase
internal, lapisan film plastik tipis yang mengelilingi lapisan tersebut akan
mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali tetesan kecil itu
menjadi tetesan yang lebih besar , sehingga dengan stabilnya kondisi ini akan
    mampu mempertahankan stabilitas emulsi.

4.    Klasifikasi Tipe Emulsi
Suatu emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi
dengan adanya zat pengemulsi maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam
    fase lainnya. Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :

a)    Tipe Emulsi Air dalam Minyak (A/M) atau Water in Oil (W/O)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan
minyak merupakan fase luarnya . Emulsi tipe A/M umumnya mengandung
kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak
emulsi . Jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi
    sangat sulit bercampur / dicuci dengan air .
b)    Tipe Emulsi Minyak dalam Air (M/A) atau Oil in Water (O/W)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak
yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu
yang berupa air . Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih
dari 31% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air
dan sangat mudah dicuci .
Dari kedua tipe emulsi diatas , emulsi tipe M/A merupakan tipe emulsi
yang paling banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral. Hal ini disebabkan
karena umumnya fase minyak memiliki bau dan rasa yang tidak enak , sehingga
minyak cenderung digunakan sebagai fase internal . Emulsi tipe A/M umumnya
digunakan dalam formulasi untuk pemakaian luar , dimana minyak dapat menjaga
    kelembutan dan kelembapan kulit .

5.    Metode Pegujian Emulsi
Emulsi yang dibuat harus diketahui tipenya . Ada 5 cara untuk mengetahui tipe emulsi yaitu :

a)    Cara pengenceran
Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini
hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi
tidak pecah maka, tipe emulsi M/A. Jika pecah maka tipe emulsi A/M

b)    Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air
(M/A). contoh : metilen-blue.

c)    Penggunaan Kertas Saring
Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe
emulsi A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi M/A .

d)    Cara Flouresensi
Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi M/A flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi A/M flouresensinya sempurna.

e)    Hantaran Listrik
Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena
adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak A/M tidak
dapat menghantarkan arus listrik
6.    Teknik Pembuatan Emulsi
Dalam proses pembuatan emulsi diperlukan suatu tenaga atau energi yang dapat mereduksi fase intern menjadi butir-butir kecil, energi tersebut merupakan tenaga luar yang diperoleh dari kerja tangan ataupun mesin.
Disamping energi juga diperlukan teknik pembuatan emulsi untuk memperoleh emulsi yang stabil yaitu dengan metode pembuatan emulsi :
        a)    Metode Gom Basah
              Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metil selulosa.
Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu membuat muchilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat , kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan .

       b)    Metode Gom Kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa Gom kering , cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak , 2 bagian air dan 1 bagian Gom , lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi , kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik .

      c)    Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat mengunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB . Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhintungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal . Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok , maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan .

7.    Emulgator
Zat pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan disperse dalam fase kontinu sampai batas yang tidak nyata . Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antar tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi , juga mengurangi tegangan  antarmuka , antar fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran .
Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
a)    Emulgator harus dapat bercampur dengan komponen – komponen lain dalam sediaan .
b)    Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik obat .
c)    Emulgator harus stabil , tidak boleh terurai dan bersifat toksik .
d)    Mempunyai bau , warna , dan rasa yang lemah .
Emulgator dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut asalnya yaitu :

a)    Emulgator Alam
I.    Berasal dari tumbuh – tumbuhan
Misalnya : gom arab , tragakan , agar - agar , pektin , alginat , CMC ,
metil Selulosa .
II.    Berasal dari hewan
Misalnya : kuning telur dan adeps lanae
III.    Berasal dari tanah dan mineral
Misalnya : magnesium , aluminium , silikat dan bentonit .

b)    Emulgator Sintetis
I.    Anionik , misalnya sabun
II.    Kationik , misalnya benzalkoinium klorida
III.    Non ionik , misalnya tween dan spam

8.    Stabilitas Emulsi
Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang .
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu:

a)    Pengaruh Viskositas
Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukan peranannya dalam menentukan viskositas emulsi . Umumnya emulsi dengan partikel yang makin  halus menunjukan viskositas yang makin besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar . Jadi , emulsi dengan distribusi partikel yang besar memperlihatkan viskositas yang kurang / kecil .
Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikan
stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang dapat
menaikan viskositasnya dari fase luar . Bila viskositas fase luar dipertinggi
maka akan menghalangi pemisahan emulsi .

b)    Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortar secara manual dan dengan menggunakan alat pengaduk yang mengguanakan tenaga listrik seperti mixer .
Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik . Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat distribusi fase internal kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar .

c)    Perbandingan optimum fase internal dan fase kontinu
Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang berbeda-beda . Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang digunakan .
Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara   40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunakan .
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

a)    Creaming Flokulasi
Adalah peristiwa terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki viskositas yang berbeda , dimana agregat dari bulatannya fase dalam mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk naik kepermukaan emulsi atau jatuh kedasar emulsi tersebut dengan keadaan yang bersifat reversibel atau dapat didistribusikan kembali melalui pengocokan .

b)    Inversi
Ialah suatu peristiwa pecahnya emulsi dengan tiba-tiba dari satu tipe ke tipe yang lain .

c)    Cracking atau Koalesensi
Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena adanya penggabungan partikel-partikel kecil fase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang bersifat ireversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula melalui pengocokan .

9.    Keuntungan dan Kerugian
    Ada beberapa keuntungan dalam pembuatan sediaan emulsi , antara lain : dapat menutupi rasa pahit , meningkatkan bioavailibilitas obat , controlled rate drug release , memberikan perlindungan terhadap obat yang rentang terhadap oksidasi dan hidrolisis , sebagai topikal: membersihkan, pembawa air ( pelembut yang excellent) ke kulit . Sedangkan kerugian dari sediaan emulsi adalah susah dalam pembuatan .

10.    Uji sifat Fisika Emulsi Oleum Ricini
a)    Viskositas
Viskositas merupakan suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir,kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dari kondisi mapan tertentu bila ruang dalam permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser.
Satuan dasar kekentalan adalah poise yang bernilai 1 poise = 100 centripoise.Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu,secara umum kekentalan menurun dengan naiknya suhu,untuk pengukuran sediaan farmasi suhu dipertahankan dalam batas kurang lebih 0,1°.
Dalam formulasi dan analisa sediaan farmasi, viskositas berguna untuk menentukan stabilitas fisik larutan, emulsi, suspesi ( untuk obat yang berbentuk cair ). Semakin tinggi viskositas / kekentalan suatu sediaan maka semakin kecil kestabilannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas adalah viscometer.Banyak jenis viscometer tabung kapiler telah dirancang,tetapi viscometer Ostwald dan viscometer Brookfield yang paling sering digunakan.
(FI IV 1037)

b)    BoBot Jenis
Massa jenis/Bobot Jenis/ adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Sedangkan massa rata-rata suatu benda (massa jenis rata-rata) merupakan total massa dibagi total volumenya. Sebuah benda yang mempunyai massa jenis lebih tinggi, akan mempunyai volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah.

RUMUS

                    { (m pikno + minyak) – m pikno kosong }
                     ρminyak =                                      × 1g/m
                   { (m pikno + air) – m pikno kosong)} 

                  Volume (V) dianggap sama / terukur

                                            Mx
                          ρx =         × ρair
                                           Ma

11.    Monografi Bahan
a)    Gom Arab ( Depkes RI , 1995 )
Gom arab adalah eksudat yang mengeras diudara seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia Senegal L. Willdenow (Familia Leguminosae) dan spesiel lain yang berasal dari Afrika.
Nama Resmi    :    Gummi Acaciae
Nama lain    :    Gummi Arabicum
Pemerian    :    Tidak Berbau
Kelarutan    :    Larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit; praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan    :   Peningkat viskositas

b)    Sirup Simplek
Dibuat dari        64 bagian gula
dan            36 bagian air
stroop tak berwarna jernih
Indeks Bias Syrup simplex : 1,4489-1,4545

c)    Oleum Ricini
Minyak jarak adalah minyak lemak yang di peroleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. Yang telah di kupas.
Pemerian : cairan kental , transparan ,kuning pucat / hampir tidak berwarna , bau lemah , rasa khas , bebas dari bau asing dan tengik
Kelarutan : larut dalam etanol , dapat bercampur dengan etanol mutlak , asam asetat glasial , kloroform , eter
Bobot Jenis : 0.953 g sampai 0.964 g
Viskositas : 6 sampai 8 poise pada suhu 250 ( The Merck Indeks 219 )
Rotasi optik : tidak kurang dari + 3.50
Indeks Bias : 1.477 sampai 1.481
Khasiat : Laksativum

d)    Oleum Citri atau Minyak Jeruk (FI III 455)
Oleum Citri adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan cara pemerasan perikarp segar Citrus lemon CL Burm familia Rutaceae yang masak atau hampir masak. Kadar aldehida dihitung sebagai sitral, C10H16O, tidak kurang dari 3.5%.
Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, rasa pedas dan agak pahit.
Kelarutan : larut dalam 12 bagian volume etanol (90%) P, larutan agak beropalesensi, dapat bercampur dengan etanol mutlak P.
Rotasi optik : + 570 sampai + 650
Indeks bias : 1.474 sampai 1.476
Bobot per ml : 0.850 g sampai 0.856 g
Khasiat : Zat tambahan

e)    Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

                                                                                  BAB III
                                                                           METODOLOGI

A.    Alat
1.    Viskometer Ostwald
2.    Pipet
3.    Gelas ukur
4.    Beker glass
5.    Piknometer
6.    Refraktometer

B.    Bahan
1.    Oleum Ricini
2.    Syrup simplek
3.    Aqua Rosae
4.    Aquadest
5.    PGA
2.    Prosedur Kerja

a.    Viskositas Ostwald
A.    Menentukan Bobot Jenis
1.    Timbang piknometer kosong (a)
2.    Isi pikno kosong dengan air, ukur suhu (T0C)
3.    Timbang pikno yang berisi air (b)
4.    Hitung bobot air (b-a)
5.    Timbang pikno kosong, bersih dan kering (c)
6.    Isi pikno dengan cairan sampel
7.    Timbang pikno yang berisi cairan sampel (d)
8.    Hitung bobot cairan sampel (d-c)
9.    Hitung BJ
BJzat = Bobot zat x BJair        atau     BJzat =          Bobotzat x
            Bobot Air                        Vzat
                                              dengan Vzat = Vair
                    (karena menempati ruang yang sama)
              Vair =  bobot air / ρ air
    Menentukan Viskositas :
1.    Masukkan cairan kedalam viskometer melalui pipa yang berdiameter lebih besar atau yang mempunyai labu
2.    Cairan dihentikan dimasukkan apabila setengah ruang yang berebentuk labu terisi
3.    Tutup tabung yang berdiameter lebih kecil dengan bola hisap
4.    Hisap cairan dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis paling atas
5.    Lepaskan bola hisap bila cairan turun tampak pada garis pertama, hidupkan stopwatch . matikan stopwatch ketika cairan tetap pada garis kedua, hitung kekentalan.
6.    Lakukan percobaan diatas 3 kali pada masing – masing cairan,hitung rata – rata waktu alir tiap cairan,hitung kekentalan

Dengan rumus :     ηcairan = ηair . tparafin . ρair
                        tair . ρair
b.    Bobot Jenis
    Menentukan Bobot Jenis
1.    Timbang piknometer kosong (a)
2.    Isi pikno kosong dengan air, ukur suhu (T0C)
3.    Timbang pikno yang berisi air (b)
4.    Hitung bobot air (b-a)
5.    Timbang pikno kosong, bersih dan kering (c)
6.    Isi pikno dengan cairan sampel
7.    Timbang pikno yang berisi cairan sampel (d)
8.    Hitung bobot cairan sampel (d-c)
9.    Hitung BJ
BJzat = Bobot zat x BJair        atau     BJzat =          Bobotzat x
            Bobot Air                        Vzat
                                              dengan Vzat = Vair
                    (karena menempati ruang yang sama)
              Vair =  bobot air / ρ air
3.    Analisa Data

a.    Rancangan Formula
Formula Asli
Emulsum Olei Ricini (CMN hal 156)
R/ Olei Ricini        40
Pulv. Gummi arab    12
Sacchari        15
Aq. Laurocer        5
Aqua comm.        178
m.f.l.a.emulsum (± 240 cm3)

Formula Praktek
No    Bahan    Formula
                            I                 II
1    Ol. Ricini    16.67 g    16.67 g
2    PGA    7.5 g              10 g
3    Syr simplek    10 g     10 g
4    Ol. Citri    3 gtt             3 gtt
5    Aquadest    ad 100    ad 100

                                                                          BAB IV
                                                             HASIL PRAKTIKUM
1.    Data Praktikum
Viskometer Ostwold (PGA 7.5 g)
Pikno + emulsi ol. Ricini   = 42.4762 g
Pikno kosong                   = 14.4084 g
    Berat emulsi ol ricini     = 28.0678 g
   
Pikno + aquadest     = 39.5874 g
    Pikno kosong         = 14.4885 g
    Berat aquadest     = 25.0989 g
    Waktu alir (t)
    teml.ol ricini → t1 = 6 s
                 t2 = 6 s        → trata-rata = 6.033 s
                 t3 = 6.1 s
    tair →     t1 = 0.8 s
        t2 = 0.9 s        → trata-rata = 0.8667 s
         t3 = 0.9 s
tfase cair → t1 = 7 s
               t2 = 6.9 s        → trata-rata = 6.966 s
               t3 = 7 s

Viskometer Ostwold (PGA 10 g)
Pikno + emulsi ol. Ricini = 45.5761 g
Pikno kosong              = 18.0913 g
    Berat emulsi ol ricini          = 27.4848 g
   

Pikno + aquadest     = 39.5874 g
    Pikno kosong         = 14.4885 g
    Berat aquadest     = 25.0989 g
    Waktu alir (t)
    teml.ol ricini → t1 = 9 s
                 t2 = 8.1 s        → trata-rata = 8.733 s
                 t3 = 9.1 s
    tair →     t1 = 0.8 s
        t2 = 0.9 s        → trata-rata = 0.8667 s
         t3 = 0.9 s
tfase cair → t1 = 8.9 s
               t2 = 8.1 s        → trata-rata = 8.367 s
               t3 = 8.1 s
Bobot Jenis

a)    Fase Minyak
Pikno + ol. Ricini = 38.8444 g
Pikno kosong          = 14.5571 g
    Berat ol ricini          = 24.2873 g

Pikno + aquadest     = 39.8952 g
    Pikno kosong         = 14.5571 g
    Berat aquadest     = 25.3381 g

b)    Fase Air (PGA 7.5 g)
Pikno + bahan air = 44.3898 g
Pikno kosong          = 16.2776  g
    Berat bahan air     =  28.1112 g

c)    Fase Air (PGA 10 g)
Pikno + bahan air = 44.3111 g
Pikno kosong          = 16.2776  g
    Berat bahan air     =  28.0335 g

Pikno + aquadest     = 39.8952 g
    Pikno kosong         = 14.5571 g
    Berat aquadest     = 25.3381 g
2.    Analisis Praktikum
Viskositas emulsi ol. Ricini (PGA 7.5 g)


Re post by: ariensundari
PALOPO, sulawesi selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar