Rabu, 28 September 2016

alat alat laboratorium beserta fungsinya



ALAT ALAT LABORATORIUM DAN FUNGSINYA.
Posted by; ariensundari.blogspot.com
.


2. Batang Pengaduk
Fungsi nya untuk mengaduk zat yang cair,terbuat dari kaca panjang. Jadi mudah untuk mengaduk.

4.Erlenmayer
Fungsinya yang ini yaitu,untuk mencampurkan sediaan yang mudah menguap. karena mulut erlenmayer lebih kecil dari pada beakerglass Jadi caranya di goyangkan,tangan kita pegangnya  lehernya

5. mortir dan stampher
Nah kalau yang pasti sudah tahu. Ya.. fungsinya untuk menumbuk atau menghaluskan bahan obat,bisa juga untuk mencampur,tapi bahannya yang padat. Seperti,puyer atau tablet. Kalau pegangan atau untuk menggerus dinamakan stampher,dan Tempatnaya mortir

6.Gelas Ukur
Nah kalau yang ini namanya gelas ukur,pasti fungsinya untuk mengukur cairan yang kita butuhkan. Tapi kalau mau mengukur cairan lebih baik memakai ini saja,jangan memakai erlen meyer atau sejenisnya. Karena kadang tidak akurat. 

12. Pinset/ Penjepit
Kalau yang ini mungkin sudah sering lihat. Ya penjepit atau pinset. Jadi pinset ini berfungsi untuk mengambil bahan atau cawan penguap. dan untuk mengambil anak timbangan.

13. Sudip
Itu fungsinya untuk membersihkan dan mengambil sisa-sisa obat yang masih tersisa di dalam mortir, dan untuk memasukkan sediaan ke wadah.


14.pipet
pipet fungsinya untuk mengambil sediaan cair yang jumlahnya sedikit contohnya air dan alkohol.
   
                                                                                                          
1. Gelas Kimia (Beaker Glass)
.
Fungsi
  • Sebagai tempat melarutkan zat.
  • Tempat memanaskan.
  • Menguapkan larutan / air.
3. Tabung Reaks i (Test Tube)

Fungsi :
  • Mereaksikan larutan.
  • Untuk memanaskan sampel atau cairan.
4. Labu Ukur (Volumetrik Flask)
 
Fungsi : Digunakan untuk mencampurkan larutan.
Fungsi :
  • Dapat digunakan untuk merendam pipet dalam asam pencuci
  • Gelas ukur yang dilengkapi dengan tutup asah digunakan untuk melarutkan zat hingga volume tertentu.
.
7. Corong (Funnels)
 
Fungsi : digunakan untuk menyaring zat cair atau sampel padat.
17. Cawan Porselin (Dishes Porcelin)
. Fungsi : untuk menguapkan cairan pada suhu yang tidak terlalu tinggi (oven, di atas tangas air, uap, pasir dan sebagainya).
.
25. Rak Tabung
Fungsi : digunakan untuk menempatkan tabung reaksi sesuai ukuran tabung


       





Alat-alat Farmasi

 Balik lagi... :) Emm kali ini gimana kalau saya upload aja gambar alat-alat Farmasi? Ya sekalian nyebar info untuk kalian-kalian. Kebetulan saya juga sekolah di farmasi. Sambil menghafal juga. Ya sekolah di Farmasi sejauh ini ga ribet,malah seru karena praktek terus,jadi tambah mau tau. Yang kadang buat nge down kalau takut salah kasih obat,ya itu aja sih. Di ruang lab sekolah saya di SMK KESEHATAN TUNAS BANGSA di CIbinong-Bogor walaupun sekolah itu baru punya satu angkatan yang lulus,tapi sudah mulai komplit, dan bisa dibilang untuk standar sudah cukup :). Obat-obatan nya juga ada,dan Insya Allah gedung nya Semester 2 sudah pindah untuk di gedung baru :). Oke lanjut aja...

1. Sendok Tanduk
Kenapa di sebut sendok tanduk? Karena "katanya" guru saya terbuat dari tanduk,dan ga tau tanduk apa. Terus.. sendok ini di pakai di lab kesehatan juga. Soalnya sendok ini tidak akan terkontaminasi sama zat lain. Jadi ga bakal tercampur satu sama lain. Tapi di cuci bersih juga :)


2. Batang Pengaduk
Fungsi nya untuk mengaduk zat yang cair,terbuat dari kaca gitu aga panjang. Jadi mudah untuk mengaduk.


3. Cawan Penguap
Yang ini fungsinya untuk melarutkan bahan yang setengah padat,jadi semacam tempat wadah gitu,dan melarutkannya di atas asbes besi dan di bakar pakar spirtus. Nanti ada di bawah. Banyak ukurannya,ada yang kecil sampai besar!


4.Erlen Meyer
Fungsinya yang ini yaitu,untuk mencapurkan bahan yang cair. Jadi caranya di goyangkan,tangan kita pegangnya pas lehernya. Jadi kaya di putar-putar kecil gitu.


5. Alu dan Lumpang
Nah kalau yang pasti sudah tahu. Ya.. fungsinya untuk menumbuk atau menghaluskan bahan obat,bisa juga untuk mencampur,tapi bahannya yang padat. Seperti,puyer atau tablet. Kalau pegangan atau untuk menumbuknya dinamkan Alu,dan Tempatnaya Lumpang.

6.Gelas Ukur
Nah kalau yang ini namanya gelas ukur,pasti fungsinya untuk mengukur cairan yang kita butuhkan. Tapi kalau mau mengukur cairan lebih baik memakai ini saja,jangan memakai erlen meyer atau sejenisnya. Karena kadang tidak akurat. Dan guru saya menyarankan memakai ini. Karena lebih jauh akurat.

7. Beker Gelas/Gelas Beker
Kalau yang ini fungsinya untuk mengaduk,dan memakai batang pengaduk.

8. Gelas Semprot
Untuk yang satu ini fungsinya sudah jelas untuk menambahkan air pada obat/cairan yang sedang kita buat.

9. Kaca Arloji
Fungsinya untuk menimbang bahan yang padat di timbangan.

10. Kasa asbes
Ini yang namanya kasa asbes. Jadi sudah dijelaskan tadi,untuk membakar cairan setengah padat menggunakan cawan penguap. Jadi,sebagai pelapisnya gitu. Di bawah kasa asbes baru spirtus. 


11. Gelas Spirtus
Nah yang ini tempat untuk membakarnya atau wadah spirtusnya. Jadi di dalam tutupnya itu ada sumbu gitu,nanti dinyalain pakai korek. 


12. Pinset/ Penjebit
Kalau yang ini mungkin sudah sering lihat. Ya penjepit atau pinset. Jadi pinset ini berfungsi untuk mengambil bahan atau cawan penguap. Jadi ga boleh sembarang tangan. Oh iya ngambil ukuran timbangan juga harus pakai pinset. Biar bersih kali ya.. :)

13. Sudip/Kertas Rongen
Itu fungsinya untuk membersihkan dan mengambil sisa-sisa obat yang habis dibuat.


14.Tetes Air
Yaps.. Yang ini pastinya untuk mengambil air agar kita bisa lebih mudah mengukurnya.

15.Waterbath
Yang ini untukmengukus air panas,jika di perlukan

16. Timbangan
Ada dua jenis timbangan,yaitu,timbangan halus dan timbangan kasar. Timbangan halus tersimpan di kotak ada pintunya gitu dan ukurannya lebih kecil,tapi Timbangan kasar dia lebih besar dan tidak tertutup. tapi fungsinya sama ko,untuk menimbang. Kemarin saya habisa praktek cara mengukur,Insya Allah cara-cara di upload deh :)





                                  
      

      


       



      

      


      



      

    

      

    

     

     
      

peranan mikroorganisme dalam pembusukan sampah organik



PERAN MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH ORGANIK
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut  mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog.  Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
MACAM-MACAM MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH
Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective microorganisme  yang disingkat EM.  EM  pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor. Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu:  Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.
Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.Jenis-jenis EM yang ada seperti EM1 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomicetes. Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.
Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.
SAMPAH ORGANIK
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.
Sampah merupakan bahan padat sisa proses industri atau sebagai hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Sampah telah banyak menimbulkan masalah, utamanya di negara – berkembang. Masalah yang lazim muncul akibat keberadaan sampah misalnya dampak pencemaran lingkungan, seperti timbulnya bau yang kurang sedap, sanitasi air yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Disamping itu dari sudut pandang estetika, tidak baik (kumuh). Namun apabila dikelola dengan baik dan benar maka sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alam yang berguna.
Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan sampah (by-product) disamping produk utama yang diperlukan atau digunakan. Untuk daerah pedesaan, dimana pertanian merupakan kegiatan/ pekerjaan utama dimana sampah yang dihasilkan jumlahnya sedikit yang mana sampah tersebut dapat diuraikan sendiri oleh alam, dimana hewan memakan sisa makanan dan bahan- bahan lain dapat dibuang ke tanah dengan demikian dapat menguraikan sampah tersebut.
Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.
Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air, dan sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi proses mikrobiologis. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses tersebut berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen dan karbon (C/N rasio) di dalam bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan didalamnya. Indikator yang menunjukkan bahwa proses dekomposisi senyawa organik berjalan lancar adalah adanya perubahan pH dan temperatur. Proses dekomposisi akan berjalan dalam empat fase, yaitumesofilik,termofilik, pendinginan, dan masak.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (Pramatmaja, 2008).
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakanlimbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan- perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya (Pramatmaja, 2008).
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah membusuk (misal : plastik dan kertas). Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secarapreventive, yaitu memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan (Sulistyorini, 2005).
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan – bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea. Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah- pilah, kompos yangrubbishharus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah sampah-sampah jenis garbagesaja. Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapatditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos (Sulistyorini, 2005).
PERAN BAKTERI TERHADAP PEMBUSUKAN SAMPAH
Pada hakekatnya sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing). Cara ini biasanya memerlukanwaktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara konservatif (Asngad, 2005)
Penanganan sampah menjadi pupuk organik memberikan banyak keuntungan, misalnya dapat memberdayakan ekonomi masyarakat,sebagai alternatif pengadaan lapangan kerja, bahannya melimpah dan mudah diperoleh, serta peluang pasarnya sangat baik. Dengan adanya cara yang baru, yaitu pemberian inokulan ( EM-4, Kotoran ayam dan cacing) pada pengolahan pembuatan pupuk organik dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas pupuk organik. Dengan adanya beberapa keuntungan tersebut maka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah lingkungan, juga dapatdigunakan sebagai bahan penyubur tanah. Pupuk organik sendiri bukanlah pupuk utama tetapi apabila diberikan pada tanah dapat memperbaiki tekstur tanah, karena pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas biologis dalam tanah, yang menyebabkan cacing tanah dapat hidup subur dan menyebabkan tanah lebih gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Struktur tanah dapat diperbaiki dengan meningkatnya porositas tanah, sehingga tanah menjadi gembur. Perbedaan teknik tersebut berkaitan dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguraian (dekomposisi) bahan – bahan sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban, jenis jasad pengurai (dekompucer), jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih dahulu dan ukuran potongan) serta adanya bahan – bahan tambahan seperti abu dan kapur. Untuk jenis jasad pengurai dan metode pembuatan pupuk organik perlu dikaji lebih lanjut, mengingat kedua hal tersebut cukup relevan dengan kualitas pupuk organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peranan pupuk organik (Asngad, 2005)
Sampah organik dan limbah organik dapat  memberi manfaat  kepada manusia setelah terlebih dahulu dirobah menjadi pupuk organik oleh peranan bakteri menguntungkan bagi manusia. Bakteri saprofit berperanan menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri sahabat manusia (probiotik) tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lainnya.
Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang lebih sederhana.  Sementara dalam kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian akan menghasilkan H2O dan CO2,  serta senyawa lain dalam bentuk nutrisi.  Oleh karenanya, keberadaan bakteri jenis saprofit ini, sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan, dengan cara ini, bakteri membersihkan dunia dari sampah dan limbah organik. Tanpa kehadiran si jasad renik ini, niscaya bumi kita akan penuh oleh sampah  organik dan limbah organik, yakni segala material yang berasal dari jasad mati, berdampingan dengan jasad hidup.
Bakteri, agar dapat dikelola pemanfaatannya, dapat diisolat kemudian dibiakan di laboratorium serta kemudian disimpan dalam media, dengan ditambahkan nutrisi secukupnya, tergantung masa dorman  yang diinginkan.  Makin banyak sediaan nutrisinya, masa hidup bakteri dalam media ini akan lebih lama dibanding jika nutrisi terbatas. Salah satunya  yang kini ada di pasaran adalah konsorsium aneka jenis bakteri, ragi dan fungi dalam aktivator Green Phoskko (GP-1), yang diketahui dan telah dirasakan bermanfaat membantu manusia dalam peranannya sebagai pengurai (dekomposer) sampah dan segala material organik. Konsorsium mikroba probiotik (sahabat manusia) ini disajikan dalam bentuk tepung ( powder), dikemas dalam pack per 250 gram, sehingga bisa dimobilisasi atau dibawa dengan mudah. Berisi bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, Cellulolytic Bacillus Sp, ragi, dan jamur dengan populasi 10 pangkat 7 per gram Cfu. Konsorsium bakteri, dalam aktivator bagi pembuatan pupuk organik ini, tergolong mesofilik hingga termofilik, artinya hidup optimal pd suhu 30 sd 55 serta 60 sd 80 derajat Celcius.
Mikroba pengurai, atau  dekomposer ini berfungsi melapukan atau mendekomposisi sampah organik dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, tinja, urine, sisa makanan,  dan material organik lainnya).  Pada kondisi kelembaban, suhu, porositas dan aerasi yang sesuai dengan kebutuhannya, bakteri ini akan bekerja terus menerus tanpa henti, atau akan mendekomposisi material organik dengan cepat. Misal, pada penggunaan dalam penguraian bahan organik (pengomposan) didalam komposter atau skala alat rotary kiln,  5 hari bisa menyelesaikan tugasnya mengurai aneka bahan organik tersebut.
Cepatnya proses pengkomposan sebagai bentuk penguraian kembali bahan organik menjadi material bersifat tanah, akan meningkatkan daya tarik dalam pembuatan kompos. Bakteri, yang bekerja tanpa henti, akan menghilangkan kesempatan bakteri lawannya atau merugikan (patogen) memproduksi amoniak, methan dan H2S -yang kemudian dipersepsikan masyarakat sebagai bau busuk sampah. Dengan bakteri bekerja terus menerus, akan menekan pertumbuhan mikroba patogen, atau  berbeda dengan apa yang terjadi pada kondisi tanpa oksigen (anaerobik).  Dengan saling melengkapi peranan (simbiosis) antara teknologi mikrobiologi dan alat mesin rotary kiln,  akan menurunkan biaya pengomposan karena efisiensi dari aspek waktu, tenaga kerja dan luas lahan bagi keperluan penumpukan sampah.  Resistensi (penolakan) tetangga akan suatu pembuatan kompos berbahan sampah dan limbah organik di sekitar pemukiman pun tidak terjadi lagi, karena memang tidak berbau.
Bekerjanya bakteri tanpa henti ini akan berlangsung, ketika lingkungan mikro dikelola oleh fungsi rotary kiln dalam  hal menjamin kecukupan oksigen (aerasi), menjaga kestabilan PH, menjaga temperatur, dan kelembaban. Namun persisnya kebutuhan lingkungan mikro, berbeda bagi tiap jenis bakteri satu dengan bakteri lainnya. Untuk itu, pada teknologi Biophoskko, dibuatlah desain komposter dan rotary kiln, sedemikian rupa, hasil perhitungan yang cermat berdasar kebutuhan aneka jenis bakteri  khusus sebagaimana terdapat dalam Green Phoskko (GP-1) tersebut. Karenanya,  dalam kepentingan mengolah sampah dan membuat kompos secara sempurna ( cepat, higienis, tidak berbau, tidak menghidupkan hewan kecil dan serangga, serta bermutu baik yakni CN ratio< 20, gembur tanpa harus dihancurkan oleh mesin) diperlukan kesesuaian ( compatible) antara alat ( media komposter) dan jenis bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa itu, membuat pupuk organik (kompos) akan beresiko menimbulkan gas methan dan H2S sebagai polutan ( bau, cairan lindi, binatang) dan akan dipersepsikan rumit, lama, merugikan, menjijikan dan berbau. Itulah pangkal masalah banyaknya instalasi pengolahan sampah maupun produksi pupuk organik di perkotaan mendapat penolakan warga sekitar.
PRODUK-PRODUK  BIO  SUPER  ACTIVE  (BSA)
–  BSA  POC
–  BSA  DECOMPOSER
–  BSA  PENETRALISIR  LIMBAH
–  BSA  PUPUK HAYATI
BSA  POC
Sudah dikenal secara luas oleh konsumen khususnya para petani tanaman pangan maupun para pehobis, hasilnya tidak diragukan lagi, bisa dilihat posting yang lalu ” Pupuk Organik Cair Bio Super Active “
BSA  DECOMPOSER
Dibuat dengan menggunakan teknik pencampuran bakteri yang menguntungkan diantaranya mikroba selulolitik, fotosintetik, pemantap agregat tanah, lignolitik , pengurai , anti pathogen dll.
Hasilnya tentu saja dapat digunakan untuk mempercepat proses decomposisi limbah organik, meningkatkan tersedianya nutrisi tanaman dan mampu menekan aktivitas mikro organisme yang merugikan (pathogen).
MANFAAT  dan  KEUNGGULAN
  • Memperbaiki sifat fisik , kimia, dan biologi tanah.
  • Sebagai katalisator  dalam proses fermentasi bahan organik dalam tanah.
  • Melapukkan bahan organik serta mempercepat proses pembuatan kompos.
  • Meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang menguntungkan tanaman.
  • Menetralisir kadar racun tanah akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida
  • Menguraikan bahan organik menjadi senyawa dasar hara yang siap diserap tanaman.
  • Menetralisir kadar pH tanah.
  • Menekan dan menghilangkan mikro organisme yang merugikan (pathogen).
  • Sebagai media starter dalam proses fermentasi pembuatan pestisida nabati
BSA  PENETRALISIR  LIMBAH
Di buat dengan menggunakan  bakteri (mikroba) : selulolitik, lignolitik, proteolitik,  pengurai,  ragi , anti pathogen dll.
MANFAAT   &   KEUNGGULAN
Dengan cepat menetralisir bau tidak sedap pada limbah buangan organik  padat/ cair (limbah ternak, pabrik, hotel, rumah sakit, sampah kota, rumah makan, sampah rumah tangga, dll)
  • Mempercepat penguraian dan menurunkan kapasitas tinja dalam septik tank sehingga tidak cepat penuh.
  • Digunakan untuk perawatan WC/ Wastafel agar tidak mampet dan berbau.
  • Mampu menurunkan dan menekan kadar polusi dan kadar racun dalam proses penguraian bahan organik.
  • Menetralisir air dari zat yang merugikan di tambak/kolam, sehingga dapat menyehatkan dan menekan tingkat kematian ikan/ udang.
  • Aman digunakan karena tidak beracun dan ramah lingkungan.
BSA   PUPUK HAYATI
Dibuat dengan menggunakan mikroba penambat N,  pelarut K,  Penghasil hormon,  anti pathogen,  pelarut P,  pemantap agregat tanah,  bakteri pengurai dll.
MANFAAT  Dan  KEUNGGULAN
  • Mengandung  mikro organisme  penambat N,  pelarut P dan K, vitamin dan asam amino yang bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
  • Melindungi akar dari mikroorganisme pathogen serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
  • Berfungsi sebagai pengurai bahan organik sehingga dapat memperbaiki struktur tanah dan tersedianya unsur hara bagi tanaman.
  • Mempercepat proses penyerapan unsur hara sehingga meningkatkan produktivitas tanaman.
  • Digunakan sebagai inokulasi bakteri Rhizobium sp pada tanaman kedelai atau kacang2an.
  • Bersinergi positif dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh alami.
  • Dapat diaplikasikan kesemua jenis tanaman .
PERAN KONSORSIUM MIKROORGANISME DALAM LIMBAH KOTORAN SAPI MENJADI KOMPOS
Memanfaatkan limbah sapi yang berupa kotoran atau feses dan air seni diolah menjadi kompos atau pupuk organik sangat berguna bagi tanaman dan ini sangat membantu Pemerintah dalam menangulangi pencemaran lingkungan hasil limbah kotoran sapi tersebut. Arti dari pengkomposan adalah proses penguraian limbah padat organik menjadi materi yang stabil oleh mikroorganisma dalam kondisi terkendali. Proses penguraian tersebut dilakukan oleh konsorsium mikroorganisma, jasad renik yang kasat mata. Mikroorganisma yang bekerja merupakan organisme yang memerlukan udara/ oksigen sehingga tidak timbul bau yang menyengat. Untuk mengoptimalkan kerja mikroorganisma tersebut diperlukan beberapa pengendalian antara lain pengendalian terhadap kelembaban, aerasi, dan temperatur untuk menghindari terjadinya proses yang dapat menimbulkan bau busuk.
Limbah padat organik biasanya mengandung berbagai mikroorganisma yang mampu melakukan proses pengkomposan. Ketika limbah organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai, maka mikroorganisma mulai bekerja. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisma memerlukan pasokan makan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut disediakan oleh limbah organik . Mikroorganisma kemudian melepaskan karbondioksida, air dan energi dan berkembang biak.
Energi dilepaskan sebagai panas. Akibat dari Energi yang dilepaskan, tumpukan bahan yang dikomposkan akan melewati tahap penghangatan. Pada minggu pertama dan kedua proses pengomposan, energi panas yang dilepaskan oleh bakteri termofilik dapat mengakibatkan suhu tumpukan kompos mencapai 70 derajat celcius. Kemudian sejalan dengan waktu suhu kompos akan menurun karena aktivitas mikroorganisme termofilik mulai menurun dan digantikan oleh mikroorganisme mesotilik. Penurunan suhu pada akhir minggu ke-enam biasanya telah mencapai 40 derajat celcius dan kompos sudah dapat dipanen. Tempat yang digunakan adalah ruangan terbuka yang beratap lantai, proses aerasinya alamiah dan pembuatan tumpukannya dibuat memanjang dengan ukuran yang tertentu. Untuk mengendalikan proses tersebut, setiap waktu tertentu tumpukan dibalik dan disiram dengan air seperlunya.
Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan.
Konsorsium Bakteri Bagi Pengolahan Sampah Green Phoskko Activator Kompos Phoskko A per container 250 gr bahan organik limbah kota pertanian peternakan dan lain lainnyaLimbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik sepertiEM 4 Peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak bakteri pengurai bahan organic menekan pertumbuhan bakteri pathogen
Teknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk menanggulangi limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional relatif lebih murah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut, namun demikian data mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah peternakan, khususnya limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap.
Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur hara makro, seperti N total, P2O5 dan K2O.
Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat,  tanpa pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk  menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.
Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman. Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Penggunaan mikroba sebagai aktiVator untuk memperoleh kompos dengan kualitas yang baik tergantung kepada bahan bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan.
Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec atau Starbio. Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.
Mikroba – mikroba tersebut mempunyai peran – peran tersendiri hingga mampu memperbaiki dan mempercepat proses pengomposan yang kita lakukan. Mikroba tersebut adalah sebagai berikut:
Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan lignin. Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi  derivate  lignin yang lebih sederhana sehingga mampu mengikat NH4.
Mikroba selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya  didokumentasikan sehingga menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.
(Gbr.  Clustridium sp)
Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
  • Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora, misalnya Pseudomonas dan Proteus.
  • Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora, misalnya Bacillus.
  • Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesies Clostridium.
Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein
menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.
(Gbr. Pseudomonas sp)
Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
(Gbr. Cellulomonas sp)
Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino.
Pada mikroba fiksasi nitrogen merupakan bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar tanaman kacang-kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh karena rangsangan dari zat tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dan juga dapat menyuburkan tanah. Selain itu ada pula beberapa jenis bakteri yang mampu memfiksasi N2 (nitrogen bebas dari udara) di atmosfer ke dalam tanah, yang kemudian N2 ini akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam pembentukan protein. Bakteri tersebut antara lain, Azotobacter vinelandii, Clostridium pasteurianum dan Rhodospirillum rubrum. Mikroba bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat mengikat  5 – 20 gram nitrogen dari 1.000 gram bahan organik yang dirombak.
(Gbr. Azotobacter vinelandii)
( Gbr. Rhodospirillum sp)
Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o – 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Pada proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan.
Skema Proses Pengomposan Aerobik
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan bakteri ini adalah dapat menguraikan sampah berupa botol plastik. Plastik sangat sulit untuk didaur ulang dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Penemuan ini sangat berguna karena dapat menekan angka sampah berupa botol plastik. Selain mengurangi jumlah sampah botol plastik, bakteri Pseudomonas tersebut dapat menghasilkan alat-alat kedokteran. Selain itu, penemuan ini merupakan gerbang bagi para peneliti untuk penemuan-penemuan selanjutnya mengenai daur ulang sampah berupa botol plastik.
Akibat Sampah yang Bertumpuk
Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.
Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.
Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.
Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.
Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.
Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah perkotaan, antara lain:
1)      Kepadatan dan penyebaran penduduk.
2)      Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
3)      Karakteristik sampah.
4)      Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
5)      Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
6)      Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
7)      Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.
8)      Biaya yang tersedia.
9)      Peraturan daerah setempat.
Paradigma Penanganan Sampah
Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Untuk mengatasi  permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah serta packing produk yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan  barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan pengkomposan.
CARA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS
Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :
Susu sapi atau susu kambing murni.
  • Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
  • Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
  • Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
  • Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
  • Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
  • Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
  • Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
  • Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.

Cara Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi
  • 1 liter bakteri
  • 3 kg bekatul (minimal)
  • ¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
  • ¼ kg terasi
  • 5 liter air
Alat dan Sarana:
  • Ember
  • Pengaduk
  • Panci pemasak air
  • Botol penyimpan
  • Saringan (dari kain atau kawat kasa)

Cara Pembiakan:
  • Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
  • Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata.
  • Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
  • Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
  • Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit.
  • Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
  • Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
  • Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja