PERAN
MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH ORGANIK
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista
bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies
multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam
mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini
disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua
prokariota, protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan
tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak
yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap
mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam
cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri
secara mitosis.
Mikroorganisme
merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003).
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan
energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki
fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang
tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula.
Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan
enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan
tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang
diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan
tersebut sudah ada.
MACAM-MACAM
MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH
Proses
pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective
microorganisme yang disingkat EM. EM pertama kali
ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4
nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor.
Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok
yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi
(yeast),Actinomycetes.
Teknologi
EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian,
peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak
kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM,
komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.
EM
merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima
kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa
larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan
anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara
dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino,
sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan
EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi
dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang
menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari
gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam
laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat
perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan
asam laktat yang dihasilkan.
Actinomicetes
menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri
fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon,
sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat
actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat
yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah
serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi
EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus
tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam
amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil,
fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk.
Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang
berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan
daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya
simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas
air dan mengurangi molaritas Benur.Jenis-jenis EM yang ada seperti EM1 yang
berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomicetes.
Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri
dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.
Berbentuk
kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik
untuk menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5
dalam kaldu ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino
disintesa oleh bakteri fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap
tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan
organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja
dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.
SAMPAH ORGANIK
Persampahan
merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek
kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan.
Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang
disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.
Sampah
merupakan bahan padat sisa proses industri atau sebagai hasil sampingan kegiatan
rumah tangga. Sampah telah banyak menimbulkan masalah, utamanya di negara –
berkembang. Masalah yang lazim muncul akibat keberadaan sampah misalnya dampak
pencemaran lingkungan, seperti timbulnya bau yang kurang sedap, sanitasi air
yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Disamping itu dari
sudut pandang estetika, tidak baik (kumuh). Namun apabila dikelola dengan baik
dan benar maka sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alam yang berguna.
Di
dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan sampah (by-product)
disamping produk utama yang diperlukan atau digunakan. Untuk daerah pedesaan,
dimana pertanian merupakan kegiatan/ pekerjaan utama dimana sampah yang
dihasilkan jumlahnya sedikit yang mana sampah tersebut dapat diuraikan sendiri
oleh alam, dimana hewan memakan sisa makanan dan bahan- bahan lain dapat
dibuang ke tanah dengan demikian dapat menguraikan sampah tersebut.
Pengomposan
merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan
anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos.
Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah
organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.
Proses
dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa
organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang
berasal dari udara, tanah, air, dan sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi
proses mikrobiologis. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses tersebut
berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen dan karbon (C/N rasio) di dalam
bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis
mikroba yang berperan didalamnya. Indikator yang menunjukkan bahwa proses
dekomposisi senyawa organik berjalan lancar adalah adanya perubahan pH dan
temperatur. Proses dekomposisi akan berjalan dalam empat fase,
yaitumesofilik,termofilik, pendinginan, dan masak.
Sampah
adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk
sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton,
plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (Pramatmaja,
2008).
Sampah
adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakanlimbah padat. Sampah
adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan- perlakuan, baik karena
telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah
tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya
dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap
lingkungan hidup. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah
padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda
bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik
benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara
pengolahannya (Pramatmaja, 2008).
Berdasarkan
komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80%
merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat
digunakan kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah
membusuk (misal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah
organik yang tidak mudah membusuk (misal : plastik dan kertas). Kegiatan atau
aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena
itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan
sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya
mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan sampah
dapat dilakukan secarapreventive, yaitu memanfaatkan sampah salah satunya
seperti usaha pengomposan (Sulistyorini, 2005).
Kompos
adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan – bahan hijauan dan bahan
organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk
buatan pabrik, seperti urea. Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos
dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih
dahulu dipilah- pilah, kompos yangrubbishharus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi
yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah sampah-sampah jenis
garbagesaja. Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada
proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan
dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat digunakan untuk
tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun tanaman padi disawah.
Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah
tersebut dapat dipertahankan atau dapatditingkatkan. Apalagi untuk kondisi
tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah
akan menurun. Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat
kesuburannya maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos (Sulistyorini, 2005).
PERAN
BAKTERI TERHADAP PEMBUSUKAN SAMPAH
Pada
hakekatnya sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk
organik yang bernilai ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara
konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem
baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan
hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik
tersebut ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran
hewan, dan cacing). Cara ini biasanya memerlukanwaktu relatif lebih singkat
sehingga lebih efisien. Pembuatan pupuk organik (kompos) dengan cara baru,
telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan hasilnya lebih baik
dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara konservatif
(Asngad, 2005)
Penanganan
sampah menjadi pupuk organik memberikan banyak keuntungan, misalnya dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat,sebagai alternatif pengadaan lapangan kerja,
bahannya melimpah dan mudah diperoleh, serta peluang pasarnya sangat baik.
Dengan adanya cara yang baru, yaitu pemberian inokulan ( EM-4, Kotoran ayam dan
cacing) pada pengolahan pembuatan pupuk organik dapat mempercepat dan
meningkatkan kualitas pupuk organik. Dengan adanya beberapa keuntungan tersebut
maka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah
lingkungan, juga dapatdigunakan sebagai bahan penyubur tanah. Pupuk organik
sendiri bukanlah pupuk utama tetapi apabila diberikan pada tanah dapat
memperbaiki tekstur tanah, karena pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas
biologis dalam tanah, yang menyebabkan cacing tanah dapat hidup subur dan
menyebabkan tanah lebih gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Struktur tanah dapat diperbaiki dengan meningkatnya porositas tanah, sehingga
tanah menjadi gembur. Perbedaan teknik tersebut berkaitan dengan adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguraian (dekomposisi) bahan – bahan
sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban, jenis jasad pengurai
(dekompucer), jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih
dahulu dan ukuran potongan) serta adanya bahan – bahan tambahan seperti abu dan
kapur. Untuk jenis jasad pengurai dan metode pembuatan pupuk organik perlu
dikaji lebih lanjut, mengingat kedua hal tersebut cukup relevan dengan kualitas
pupuk organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peranan pupuk organik
(Asngad, 2005)
Sampah
organik dan limbah organik dapat memberi manfaat kepada manusia
setelah terlebih dahulu dirobah menjadi pupuk organik oleh peranan bakteri
menguntungkan bagi manusia. Bakteri saprofit berperanan menguraikan tumbuhan
atau hewan yang mati, sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri sahabat manusia
(probiotik) tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik
lainnya.
Penguraian
dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas
amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang lebih
sederhana. Sementara dalam kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian
akan menghasilkan H2O dan CO2, serta senyawa lain dalam bentuk
nutrisi. Oleh karenanya, keberadaan bakteri jenis saprofit ini, sangat
berperan dalam mineralisasi di alam dan, dengan cara ini, bakteri membersihkan
dunia dari sampah dan limbah organik. Tanpa kehadiran si jasad renik ini,
niscaya bumi kita akan penuh oleh sampah organik dan limbah organik,
yakni segala material yang berasal dari jasad mati, berdampingan dengan jasad hidup.
Bakteri,
agar dapat dikelola pemanfaatannya, dapat diisolat kemudian dibiakan di
laboratorium serta kemudian disimpan dalam media, dengan ditambahkan nutrisi
secukupnya, tergantung masa dorman yang diinginkan. Makin banyak
sediaan nutrisinya, masa hidup bakteri dalam media ini akan lebih lama
dibanding jika nutrisi terbatas. Salah satunya yang kini ada di pasaran
adalah konsorsium aneka jenis bakteri, ragi dan fungi dalam aktivator Green
Phoskko (GP-1), yang diketahui dan telah dirasakan bermanfaat membantu manusia
dalam peranannya sebagai pengurai (dekomposer) sampah dan segala material
organik. Konsorsium mikroba probiotik (sahabat manusia) ini disajikan dalam
bentuk tepung ( powder), dikemas dalam pack per 250 gram, sehingga bisa
dimobilisasi atau dibawa dengan mudah. Berisi bakteri aktinomycetes- spesies
aktinomyces naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis,
Saccharomyces Cerevisiae, Cellulolytic Bacillus Sp, ragi, dan jamur dengan
populasi 10 pangkat 7 per gram Cfu. Konsorsium bakteri, dalam aktivator bagi
pembuatan pupuk organik ini, tergolong mesofilik hingga termofilik, artinya
hidup optimal pd suhu 30 sd 55 serta 60 sd 80 derajat Celcius.
Mikroba
pengurai, atau dekomposer ini berfungsi melapukan atau mendekomposisi sampah
organik dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, tinja, urine,
sisa makanan, dan material organik lainnya). Pada kondisi
kelembaban, suhu, porositas dan aerasi yang sesuai dengan kebutuhannya, bakteri
ini akan bekerja terus menerus tanpa henti, atau akan mendekomposisi material
organik dengan cepat. Misal, pada penggunaan dalam penguraian bahan organik
(pengomposan) didalam komposter atau skala alat rotary kiln, 5 hari bisa
menyelesaikan tugasnya mengurai aneka bahan organik tersebut.
Cepatnya
proses pengkomposan sebagai bentuk penguraian kembali bahan organik menjadi
material bersifat tanah, akan meningkatkan daya tarik dalam pembuatan kompos.
Bakteri, yang bekerja tanpa henti, akan menghilangkan kesempatan bakteri
lawannya atau merugikan (patogen) memproduksi amoniak, methan dan H2S -yang
kemudian dipersepsikan masyarakat sebagai bau busuk sampah. Dengan bakteri
bekerja terus menerus, akan menekan pertumbuhan mikroba patogen, atau
berbeda dengan apa yang terjadi pada kondisi tanpa oksigen (anaerobik).
Dengan saling melengkapi peranan (simbiosis) antara teknologi mikrobiologi dan
alat mesin rotary kiln, akan menurunkan biaya pengomposan karena
efisiensi dari aspek waktu, tenaga kerja dan luas lahan bagi keperluan penumpukan
sampah. Resistensi (penolakan) tetangga akan suatu pembuatan kompos
berbahan sampah dan limbah organik di sekitar pemukiman pun tidak terjadi lagi,
karena memang tidak berbau.
Bekerjanya
bakteri tanpa henti ini akan berlangsung, ketika lingkungan mikro dikelola oleh
fungsi rotary kiln dalam hal menjamin kecukupan oksigen (aerasi), menjaga
kestabilan PH, menjaga temperatur, dan kelembaban. Namun persisnya kebutuhan
lingkungan mikro, berbeda bagi tiap jenis bakteri satu dengan bakteri lainnya.
Untuk itu, pada teknologi Biophoskko, dibuatlah desain komposter dan rotary
kiln, sedemikian rupa, hasil perhitungan yang cermat berdasar kebutuhan aneka
jenis bakteri khusus sebagaimana terdapat dalam Green Phoskko (GP-1)
tersebut. Karenanya, dalam kepentingan mengolah sampah dan membuat kompos
secara sempurna ( cepat, higienis, tidak berbau, tidak menghidupkan hewan kecil
dan serangga, serta bermutu baik yakni CN ratio< 20, gembur tanpa harus
dihancurkan oleh mesin) diperlukan kesesuaian ( compatible) antara alat ( media
komposter) dan jenis bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa itu, membuat pupuk
organik (kompos) akan beresiko menimbulkan gas methan dan H2S sebagai polutan (
bau, cairan lindi, binatang) dan akan dipersepsikan rumit, lama, merugikan,
menjijikan dan berbau. Itulah pangkal masalah banyaknya instalasi pengolahan
sampah maupun produksi pupuk organik di perkotaan mendapat penolakan warga
sekitar.
PRODUK-PRODUK BIO
SUPER ACTIVE (BSA)
– BSA POC
– BSA DECOMPOSER
– BSA PENETRALISIR
LIMBAH
– BSA PUPUK HAYATI
BSA POC
Sudah
dikenal secara luas oleh konsumen khususnya para petani tanaman pangan maupun
para pehobis, hasilnya tidak diragukan lagi, bisa dilihat posting yang lalu ”
Pupuk Organik Cair Bio Super Active “
BSA
DECOMPOSER
Dibuat
dengan menggunakan teknik pencampuran bakteri yang menguntungkan diantaranya
mikroba selulolitik, fotosintetik, pemantap agregat tanah, lignolitik ,
pengurai , anti pathogen dll.
Hasilnya
tentu saja dapat digunakan untuk mempercepat proses decomposisi limbah organik,
meningkatkan tersedianya nutrisi tanaman dan mampu menekan aktivitas mikro
organisme yang merugikan (pathogen).
MANFAAT
dan KEUNGGULAN
- Memperbaiki sifat fisik ,
kimia, dan biologi tanah.
- Sebagai katalisator dalam
proses fermentasi bahan organik dalam tanah.
- Melapukkan bahan organik serta
mempercepat proses pembuatan kompos.
- Meningkatkan aktivitas mikroba
tanah yang menguntungkan tanaman.
- Menetralisir kadar racun tanah
akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida
- Menguraikan bahan organik menjadi
senyawa dasar hara yang siap diserap tanaman.
- Menetralisir kadar pH tanah.
- Menekan dan menghilangkan mikro
organisme yang merugikan (pathogen).
- Sebagai media starter dalam
proses fermentasi pembuatan pestisida nabati
BSA PENETRALISIR LIMBAH
Di
buat dengan menggunakan bakteri (mikroba) : selulolitik, lignolitik,
proteolitik, pengurai, ragi , anti pathogen dll.
MANFAAT
& KEUNGGULAN
Dengan
cepat menetralisir bau tidak sedap pada limbah buangan organik padat/
cair (limbah ternak, pabrik, hotel, rumah sakit, sampah kota, rumah makan,
sampah rumah tangga, dll)
- Mempercepat penguraian dan
menurunkan kapasitas tinja dalam septik tank sehingga tidak cepat penuh.
- Digunakan untuk perawatan WC/
Wastafel agar tidak mampet dan berbau.
- Mampu menurunkan dan menekan
kadar polusi dan kadar racun dalam proses penguraian bahan organik.
- Menetralisir air dari zat yang
merugikan di tambak/kolam, sehingga dapat menyehatkan dan menekan tingkat
kematian ikan/ udang.
- Aman digunakan karena tidak
beracun dan ramah lingkungan.
BSA
PUPUK HAYATI
Dibuat
dengan menggunakan mikroba penambat N, pelarut K, Penghasil
hormon, anti pathogen, pelarut P, pemantap agregat
tanah, bakteri pengurai dll.
MANFAAT
Dan KEUNGGULAN
- Mengandung mikro
organisme penambat N, pelarut P dan K, vitamin dan asam amino
yang bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
- Melindungi akar dari
mikroorganisme pathogen serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit.
- Berfungsi sebagai pengurai
bahan organik sehingga dapat memperbaiki struktur tanah dan tersedianya
unsur hara bagi tanaman.
- Mempercepat proses penyerapan
unsur hara sehingga meningkatkan produktivitas tanaman.
- Digunakan sebagai inokulasi
bakteri Rhizobium sp pada tanaman kedelai atau kacang2an.
- Bersinergi positif dengan
lingkungan dan tidak membunuh musuh alami.
- Dapat diaplikasikan kesemua
jenis tanaman .
PERAN
KONSORSIUM MIKROORGANISME DALAM LIMBAH KOTORAN SAPI MENJADI KOMPOS
Memanfaatkan
limbah sapi yang berupa kotoran atau feses dan air seni diolah menjadi kompos
atau pupuk organik sangat berguna bagi tanaman dan ini sangat membantu
Pemerintah dalam menangulangi pencemaran lingkungan hasil limbah kotoran sapi
tersebut. Arti dari pengkomposan adalah proses penguraian limbah padat organik
menjadi materi yang stabil oleh mikroorganisma dalam kondisi terkendali. Proses
penguraian tersebut dilakukan oleh konsorsium mikroorganisma, jasad renik yang
kasat mata. Mikroorganisma yang bekerja merupakan organisme yang memerlukan
udara/ oksigen sehingga tidak timbul bau yang menyengat. Untuk mengoptimalkan
kerja mikroorganisma tersebut diperlukan beberapa pengendalian antara lain
pengendalian terhadap kelembaban, aerasi, dan temperatur untuk menghindari
terjadinya proses yang dapat menimbulkan bau busuk.
Limbah
padat organik biasanya mengandung berbagai mikroorganisma yang mampu melakukan
proses pengkomposan. Ketika limbah organik dipaparkan di udara dan kandungan
airnya sesuai, maka mikroorganisma mulai bekerja. Selain oksigen dari udara dan
air, mikroorganisma memerlukan pasokan makan yang mengandung karbon dan unsur
hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi
mereka. Kebutuhan makanan tersebut disediakan oleh limbah organik .
Mikroorganisma kemudian melepaskan karbondioksida, air dan energi dan
berkembang biak.
Energi
dilepaskan sebagai panas. Akibat dari Energi yang dilepaskan, tumpukan bahan
yang dikomposkan akan melewati tahap penghangatan. Pada minggu pertama dan
kedua proses pengomposan, energi panas yang dilepaskan oleh bakteri termofilik
dapat mengakibatkan suhu tumpukan kompos mencapai 70 derajat celcius. Kemudian
sejalan dengan waktu suhu kompos akan menurun karena aktivitas mikroorganisme
termofilik mulai menurun dan digantikan oleh mikroorganisme mesotilik.
Penurunan suhu pada akhir minggu ke-enam biasanya telah mencapai 40 derajat
celcius dan kompos sudah dapat dipanen. Tempat yang digunakan adalah ruangan
terbuka yang beratap lantai, proses aerasinya alamiah dan pembuatan tumpukannya
dibuat memanjang dengan ukuran yang tertentu. Untuk mengendalikan proses
tersebut, setiap waktu tertentu tumpukan dibalik dan disiram dengan air
seperlunya.
Limbah
peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah
peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat.
Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber
pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan
tersebut semakin berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan
kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan
secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi
secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan.
Konsorsium
Bakteri Bagi Pengolahan Sampah Green Phoskko Activator Kompos Phoskko A per
container 250 gr bahan organik limbah kota pertanian peternakan dan lain
lainnyaLimbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari
usaha peternakan Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung
bahan organik sepertiEM 4 Peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam
saluran pencernaan ternak bakteri pengurai bahan organic menekan pertumbuhan
bakteri pathogen
Teknik
pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk
menanggulangi limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional
relatif lebih murah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Selain itu dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara pupuk organik
yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut, namun demikian data
mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah peternakan, khususnya
limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap.
Teknik
pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan
proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah
proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa
atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan.
Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik
yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi
dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama
unsur hara makro, seperti N total, P2O5 dan K2O.
Dari
berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah,
sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak.
Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10
kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak dan cara
pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat, tanpa
pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan
berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena
selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk
menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.
Agar
kotoran sapi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan
sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman. Pembuatan pupuk organik tidak
terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan
sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan
pembuat kompos. Penggunaan mikroba sebagai aktiVator untuk memperoleh kompos
dengan kualitas yang baik tergantung kepada bahan bahan yang digunakan, cara
pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan.
Salah
satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec atau
Starbio. Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam
penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba
tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan
mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.
Mikroba
– mikroba tersebut mempunyai peran – peran tersendiri hingga
mampu memperbaiki dan mempercepat proses pengomposan yang kita lakukan.
Mikroba tersebut adalah sebagai berikut:
Mikroba
lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan
lignin. Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi
derivate lignin yang lebih sederhana sehingga mampu mengikat NH4.
Mikroba
selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa
menjadi selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya
didokumentasikan sehingga menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.
(Gbr.
Clustridium sp)
Bakteri
proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu
enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar
dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak
semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Bakteri
proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
- Bakteri aerobik atau anaerobik
fakultatif, tidak membentuk spora, misalnya Pseudomonas dan Proteus.
- Bakteri aerobik atau anaerobik
fakultatif, membentuk spora, misalnya Bacillus.
- Bakteri anaerobik pembentuk
spora, misalnya sebagian spesies Clostridium.
Mikroba
proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein
menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam
amino bebas, CO2 dan air.
(Gbr.
Pseudomonas sp)
Mikroba
lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam
perombakan lemak.
(Gbr.
Cellulomonas sp)
Mikroba
amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah
karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian
akan menjadi asam amino.
Pada
mikroba fiksasi nitrogen merupakan bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar
tanaman kacang-kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh karena
rangsangan dari zat tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dan juga dapat
menyuburkan tanah. Selain itu ada pula beberapa jenis bakteri yang mampu
memfiksasi N2 (nitrogen bebas dari udara) di atmosfer ke dalam
tanah, yang kemudian N2 ini akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam
pembentukan protein. Bakteri tersebut antara lain, Azotobacter vinelandii,
Clostridium pasteurianum dan Rhodospirillum rubrum.
Mikroba bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat
mengikat 5 – 20 gram nitrogen dari 1.000 gram bahan organik yang
dirombak.
(Gbr.
Azotobacter vinelandii)
(
Gbr. Rhodospirillum sp)
Proses
Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur.
Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan
diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o
– 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang
aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada
suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami
penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi
penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 –
40% dari volume/bobot awal bahan.
Pada
proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau
anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses
aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan
organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang
disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama
proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Gambar
profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan.
Skema
Proses Pengomposan Aerobik
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan bakteri ini adalah dapat menguraikan sampah berupa botol plastik.
Plastik sangat sulit untuk didaur ulang dan membutuhkan waktu ratusan tahun
untuk terurai. Penemuan ini sangat berguna karena dapat menekan angka sampah
berupa botol plastik. Selain mengurangi jumlah sampah botol plastik, bakteri Pseudomonas
tersebut dapat menghasilkan alat-alat kedokteran. Selain itu, penemuan ini
merupakan gerbang bagi para peneliti untuk penemuan-penemuan selanjutnya
mengenai daur ulang sampah berupa botol plastik.
Akibat
Sampah yang Bertumpuk
Sampah
perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic dan
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di
kota.
Lingkungan
menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya
organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang
lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai
sumber penyebaran penyakit.
Sampah
yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan.
Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai
maupun air tanah.
Sampah
yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga
dapat menimbulkan bahaya banjir.
Pengumpulan
sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari
pemukiman.
Berdasarkan
uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen
3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan dari
sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi
sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna
perlu dipikirkan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi system pengelolan sampah perkotaan, antara lain:
1) Kepadatan dan penyebaran penduduk.
2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial
ekonomi.
3) Karakteristik sampah.
4) Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan
akhir sampah (TPA).
6) Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
7) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan
dan TPA.
8) Biaya yang tersedia.
9) Peraturan daerah setempat.
Paradigma
Penanganan Sampah
Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di
Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang
menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system
lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek
pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi,
operasi dan pemeliharaan.
Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah
pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang
terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta
maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan.
Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan
dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah
maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Sistem
Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan
pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan,
insinerasi dan pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri
berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah serta packing produk
yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga berarti
menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang
keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya
pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan
lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan
pengkomposan.
CARA
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS
Membuat
pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan
bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk
organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.Beriikut langkah-langkah
pembuatan pupuk menggunakan EM
Pembuatan
bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :Susu sapi atau susu kambing murni.
- Isi usus (ayam/kambing), yang
dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
- Seperempat kilogram terasi
(terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan
tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat
yang diperlukan :
Panci,
kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara
pembuatan :
- Trasi, gula pasir, bekatul,
nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang
tidak diperlukan mati.
- Setelah mendidih, hasil adonannya
didinginkan.
- Tambahkan susu, isi usus ayam
atau kambing.
- Ditutup rapat. Setelah 12 jam
timbul gelembung-gelembung.
- Bila sudah siap jadi akan
menjadi kental/lengket.
- Perlu diperhatikan susu jangan
yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan
kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.
Cara
Pembiakan Bakteri
Untuk
menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan
dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas
lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah
sebagai berikut:
Bahan
dan Komposisi
- 1 liter bakteri
- 3 kg bekatul (minimal)
- ¼ kg gula merah/gula
pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
- ¼ kg terasi
- 5 liter air
Alat
dan Sarana:
- Ember
- Pengaduk
- Panci pemasak air
- Botol penyimpan
- Saringan (dari kain atau kawat
kasa)
Cara Pembiakan:
- Panaskan 5 liter air sampai
mendidih.
- Masukkan terasi, bekatul dan
tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu
aduk hingga rata.
- Setelah campuran rata,
dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul
dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
- Masukkan bakteri dan aduk
sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
- Pada hari ketiga dan
selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih
10 menit.
- Setelah 3-4 hari bakteri sudah
dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka
atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend
ari udara).
- Selanjutnya, botol-botol
bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun
pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah
ini.
- Catatan: Ampas hasil saringan
dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan
menambahkan air matang dingin dan gula saja